Senin, 03 Desember 2012

Cinta Bangku Belakang


Diam-diam senyumanmu itu menarik perhatianku.


Sekalipun gravitasi diabaikan dari muka Bumi ini, aku tetap terjatuh. Tertarik akan semua sisi darimu.


Aku tidak mengerti kapan semua ini dimulai, yang ku ingat hanya awal aku mengenal dirimu. Dan rasa ini tumbuh, entah karena apa dan mulai kapan.

Aku sudah paham, wangi parfummu adalah wewangian yang akan selalu senantiasa menggelitik indera penciumanku, tawamu adalah suara yang akan selalu terngiang-ngiang pada indera pendengaranku.
Kamu, duduk di belakang, selalu.
Dan aku memutuskan untuk duduk di depan, dan tak mau duduk di belakang.
Aku tahu akan banyak bencana yg terjadi jika aku memutuskan duduk dekatmu.


Entah kamu yang akan menyadari perhatian diam-diamku, atau tubuhku yang akan selalu menghangat lalu melancarkan peredaran darah ke arteri-arteri kecil yang ada di pipiku dan memerahkannya seketika. Selalu begitu, bila dekat denganmu.


Aku duduk di depan, untuk memperhatikanmu.


Aku sengaja sering melongok ke belakang untuk berbicara pada temanku, dan mengambil kesempatan untuk melihatmu dari jauh, cinta bangku belakangku.


Dan jika pandangan mata kita bertemu, aku segera mengalihkan pandanganku dan menutupi wajahku yang tersipu malu.


Aku terlalu nyaman dengan perasaanku, yang tersembunyi, untukmu cinta bangku belakangku.


Aku..... Merasa bahagia, walau melihat tingkah lakumu yang aneh dari jauh.


Kamu cinta bangku belakangku....


Tetaplah di situ. Agar aku selalu bisa mengawasimu.

title inspired by DickaSC

Rabu, 28 November 2012

Aku, Kamu, Dia, Dia, Dia dan Entah Berapa Kali lagi Dia


Aku terjebak dalam sebuah kisah yang rumit. Kisah bercabang banyak, seperti pohon bougenville yang mempunyai berpuluh, beratus ranting yang akan melahirkan cabang baru, kemudian cabang baru tersebut akan melahirkan cabang yang lebih baru, dan cabang yang lebih baru itu akan melahirkan cabang yang terbaru. Begitu seterusnya. Itulah aku-kamu-dia-dia-dia-dia-dan entah berapa dia lagi yang harus aku sebutkan. Terlalu banyak, dan terlalu sakit untuk diingat-ingat.

Pohon Bougenville yang bercabang banyak, dengan satu batang besar sebagai topangan. Aku, dia, dia, dia dan entah berapa lagi dia adalah ranting-ranting kecil yang berhamburan tumbuh di  batang besar, kamu.

Aku mencintaimu, begitu pula dia, dia, dia, dan entah berapa lagi dia yang juga mencintaimu. Aku adalah satu-satunya pihak yang tidak berani melakukan apapun, bahkan mengirimkan kode. Tidak seperti dia, dia, dia dan entah berapa lagi dia yang berani mengirimkan kode atau bahkan lebih padamu.

Aku, dia, dia, dia dan entah berapa lagi dia sama-sama mencintaimu, dengan kadar yang berbeda, dan cara yang berbeda. Mungkin dia, dia, dia dan entah berapa lagi dia yang mencintaimu mencintaimu dengan perumpamaan kadar Cl2 dalam 254 gram FeCl2 dengan Ar: Fe = 56, Cl = 35.5 dan Mr FeCl2 127, yakni 55,9%, atau bahkan sebagian dari dia, dia, dia dan entah berapa lagi dia yang tak bisa kubayangkan mencintaimu dengan kadar Fe, sebanyak 44,1% dan sama-sama dengan cara berani mengirim kode.

Tidak dengan aku.

Aku lebih memilih untuk mencintaimu bagai kadar FeCl2 dalam senyawa FeCl2, kadar cintaku 100%. Aku lebih memilih untuk menjagamu diam-diam, dari sudut yang tidak pernah kau ketahui. Seakan kamu adalah porselen Cina yang terbuat dari emas dengan ukiran platinum dan taburan berlian yang hanya ada satu di dunia dan di buat oleh seniman terbaik di dunia, seakan aku ingin memilikimu, tanpa memperbolehkan seorangpun menyentuhmu, atau bahkan melhatmu. Mengamati tingkah-laku, tawa, sendau gurau-mu dari tempat yang tidak akan kau sadari. Karenamu, aku menjadi seorang pengintai handal. Aku nyaman dengan semua perasaanku yang tersembunyi, rapat. Aku nyaman mencintaimu secara diam-diam, walau sakit memang terasa karena dia, dia, dia dan entah berapa lagi dia yang mencoba merebut hatimu.

Hari Itu


"A day we met, frozen I held my breath. Right from the start, I know that I found a home for my heart" - A Thousand Years pt 2 (Christina Perri ft Steve Kazee)
Aku akui. Hari itu pada hari perjumpaan kita yang pertama dalam ruangan yang sama, aku sedikit mengagumimu. Mengagumi kacamata berbingkai persegi panjangmu, maksudku.

Tapi tidak bisa disangkal kala perkenalan itu. Kamu-aku, tanganmu-tanganku, untuk pertama kalinya berjabat. Aku merasakan hangat menjalari seluruh tubuhku. Seakan jutaaan ton listrik menyengat, tapi terasa hangat, dan akan tertancap di memori otakku untuk kuingat.

Kamu menyebutkan namamu dengan senyum lengkung bibir merahmu. Dan aku membalasnya dengan salah tingkah, mengucap namaku terpatah-patah, seakan namaku hancur terpanah. Kamu mengerutkan alis tebalmu, mengucap namaku perlahan dan aku tersenyum semu, menganggukan kepalaku. Kamu berhasil mencuri perhatianku, di hari itu.

Di hari itu, aku mulai belajar untuk melupakan masa lalu, karenamu. Mengubur semua rindu, menghanyutkan kenangan yang beribu. Membuka lembaran baru. Perlahan tapi pasti perasaanku padanya membeku. Aku tahu, hari itu adalah awal dari semua persaaanku, padamu.

Mencari informasi tentangmu, yang pada hari itu, aku mengetahui team sepak bola dengan warna biru, adalah favoritmu, mencuri-curi pandang akan hadirmu, mendengarkan tawamu. Semua aku mulai di hari itu. Hari pertama kita bertemu.

Senin, 08 Oktober 2012

Bolehkah aku, menceritakannya di sini?



Dia duduk di sana. Aku di sini.... terpisah delapan ubin keramik berwarna cream, empat meja dan empat kursi. Ah, andai aku bisa menghapus jarak ini, ubin ini....

Kami sama-sama tampak sedang memikirkan sesuatu. Dia tampak membenahkan kaca matanya sambil menerawang jauh.   
Aku memandangnya dengan seksama. Struktur wajahnya yang lonjong, hidungnya yang tidak mancung, tapi juga tidak mancung ke dalam. 
Haha... bibirnya yang membentuk senyuman termanis jika dilengkungkan ke atas, tubuhnya yang jakung, kulitnya yang hitam karena terbakar sinar matahari ketika menjalankan aktifitas outdoor ekskulnya, dan jam tangan hitam khasnya. 
Semuanya nampak begitu indah....


Kami berdua sama-sama duduk di kursi berwarna sama, di ruangan yang sama, seragam yang tentunya juga sama, dan kami sama-sama tampak menerawang jauh, memikirkan sesuatu. 


Sekilas ia menyunggingkan senyumnya dan berdiri dari bangkunya. 
Aku melihatnya berjalan ke arahku, menggandeng tanganku dan kami berjalan menyusuri koridor sekolah, berdua. 
Kami menuju parkiran sepeda motor dan dia mengerlingkan matanya tanda mengajakku untuk duduk di belakangnya. Aku mengerutkan alisku, dia hanya menepuk tempat duduk di belakangnya dengan tertawa renyah. Aku berkedip lama, aku harus kembali.


Dan, ya! Aku kembali. Yang aku lihat semuanya adalah fana. Imajinasi belaka. Aku masih terduduk di bangku kelas ini. Mimpi apa dia akan memperlakukanku seperti itu? Karena yang sebenarnya terjadi adalah ketika dia berdiri dari tempat duduknya, dan menghampiri wanita lain....

yang mungkin dicintainya.

dengan penuh perasaan,
pojok kelas

Followers