Senin, 08 Oktober 2012

Bolehkah aku, menceritakannya di sini?



Dia duduk di sana. Aku di sini.... terpisah delapan ubin keramik berwarna cream, empat meja dan empat kursi. Ah, andai aku bisa menghapus jarak ini, ubin ini....

Kami sama-sama tampak sedang memikirkan sesuatu. Dia tampak membenahkan kaca matanya sambil menerawang jauh.   
Aku memandangnya dengan seksama. Struktur wajahnya yang lonjong, hidungnya yang tidak mancung, tapi juga tidak mancung ke dalam. 
Haha... bibirnya yang membentuk senyuman termanis jika dilengkungkan ke atas, tubuhnya yang jakung, kulitnya yang hitam karena terbakar sinar matahari ketika menjalankan aktifitas outdoor ekskulnya, dan jam tangan hitam khasnya. 
Semuanya nampak begitu indah....


Kami berdua sama-sama duduk di kursi berwarna sama, di ruangan yang sama, seragam yang tentunya juga sama, dan kami sama-sama tampak menerawang jauh, memikirkan sesuatu. 


Sekilas ia menyunggingkan senyumnya dan berdiri dari bangkunya. 
Aku melihatnya berjalan ke arahku, menggandeng tanganku dan kami berjalan menyusuri koridor sekolah, berdua. 
Kami menuju parkiran sepeda motor dan dia mengerlingkan matanya tanda mengajakku untuk duduk di belakangnya. Aku mengerutkan alisku, dia hanya menepuk tempat duduk di belakangnya dengan tertawa renyah. Aku berkedip lama, aku harus kembali.


Dan, ya! Aku kembali. Yang aku lihat semuanya adalah fana. Imajinasi belaka. Aku masih terduduk di bangku kelas ini. Mimpi apa dia akan memperlakukanku seperti itu? Karena yang sebenarnya terjadi adalah ketika dia berdiri dari tempat duduknya, dan menghampiri wanita lain....

yang mungkin dicintainya.

dengan penuh perasaan,
pojok kelas

Followers