Sabtu, 31 Januari 2015

dari Mentari di Ujung Langit

source: http://www.titanui.com/wp-content/uploads/2013/05/08/Vector-Blue-Sky-with-White-Clouds-Background-03.jpg

Air menyandarkan tubuhnya pelan pada Awan. Awan menggendong Air di punggungnya. Air membiarkan tubuhnya dibawa kemanapun Awan ingin pergi; maksudku, tentu saja Air akan menurut pada Awan yang dicintainya.

"Apa kamu tidak letih, terus menerus aku bawa kesana-kemari?" tanya Awan memecah keheningan senja. Senja di musim gugur tahun ini.

"Tidak. Tentu saja aku tidak letih, aku juga tidak keberatan. Bagaimana denganmu? Tidakkah kamu letih membawaku kesana-kemari?" sahut Air yang kini menatap lurus pada wajah keras Awan.

"Air, sekalipun Tuhan tidak mentakdirkan kita untuk bersama; aku sama sekali tidak letih, aku bahkan akan terus melakukannya" jawab Awan, membalas menatap wajah Air.

"Tapi, aku akan terus begini. Aku akan terus bersikap seperti ini padamu. Tubuhmu akan letih" canda Air. Awan hanya terdiam, dan beberapa detik keheningan kemudian yang akhirnya terpecah oleh suara Awan.

"Kamu benar, Air. Aku akan letih. Kita bahkan tak bisa seperti ini selamanya, maksudku; kau tahu bahwa aku akan selalu tinggal di Kota Langit, sedangkan kamu? Kamu ditakdirkan untuk menjalani hidupmu di berbagai macam kota, membaktikan dirimu untuk mereka" jawab Awan sedikit menurunkan gendongannya.

"Jangan Awan! Aku hanya bercanda! Jangan lepaskan aku, aku mohon.... " Awan terdiam. terus perlahan menurunkan gendongannya.

"Awan, setidaknya izinkan aku memberimu salam perpisahan?" Awan terus menjauhkan tubuhnya dari Air. Air akhirnya terlepas, Awan terus pergi menjauh, Air memejamkan matanya, ia terjatuh.















"Jangan menyakiti dirimu sendiri Air," suara dalam milik Hujan terdengar, seraya tubuh Air ditangkapnya. Air membuka matanya perlahan.

"Aku mencintainya, Hujan," jawab Air. Hujan merengkuh tubuh Air, memeluknya hangat.

Sedangkan mentari di ujung sana, menyeka serpihan hatinya yang patah. Dari sana, ia melihat Hujan yang sangat dicintainya memeluk Air, Air yang menangisi Awan, dan Awan yang sedang berenda gurau dengan Angin.

Followers