Ini sudah larut malam dan aku
masih bimbang.
Aku yang sudah memutuskan untuk
membekukan benda ini, untuk mengawetkannya meski isinya sudah tak ada lagi (untuk
investasi masa depan, haha) semenjak tergores parah (dan tak sempat ku perbaiki).
Tergores paku, lalu ditancapkan. Dan benda ini tak akan pernah sama. Walau sudah
beregenerasi menjadi yang baru.
Angin berhembus membunyikan
desingannya, sekali lagi aku masih bimbang.
Aku sudah menyembunyikan benda
ini ditumpukan paling bawah, belakang, pojok sebuah lemari pembeku. Tapi kau
tetap menemukannya. Seakan belum puas merusaknya, kau melumerkannya. Apakah berusaha
menggoresnya untuk kesekian kali kembali? Aku yakin iya.
Tolong, aku memohon untuk
mengembalikan benda itu ke tempatnya kembali. Biarkan dia membeku kosong di
lemari pembeku. Aku mohon jangan melukainya jika memang ingin melumerkannya. Isi
namun jangan pernah ambil kembali isinya, perbaiki dan jangan goreskan luka
lagi padanya.
Ini berawal di waktu dulu.....
Tatap mata kita bertemu. Aku sedikit
iritasi padamu. Tak perlu kusebutkan mengapa, karena aku juga tak tahu
alasannya. Tapi mereka mempertemukan kita. Mulailah benda itu terisi olehmu. Aku
harap kamu tak akan pernah mengosongkannya. Semuanya berjalan baik-baik saja. Hingga
pada waktu itu, antara dulu – dan sekarang.
Benda yang sudah terisi penuh tiba-tiba saja kau gores tanpa alasan yang jelas. Seakan belum puas, kau tancapkan paku, dan melepaskannya. Benda itu terluka, semua isinya tumpah, hampir saja dinding-dindingnya menempel satu sama lain. Untung saja aku, pemilik benda itu dengan cekatan mengawetkannya sebelum dindingnya menempel satu sama lain dan tak akan bisa diisi kembali. Ketika benda itu berubah menjadi biru karenamu, kamu memerahkan benda lain, milik orang lain.
Ternyata ini semua belum
berakhir. Masih ada chapter II. Sekarang di mana aku masih belum tahu, akan kau
apakan benda itu, setelah kau menemukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar